Konsistensi "Garam" Di Antara Manis dan Getirnya Hidup

No Comments

Sumber gambar: CaraPediaCom
Distrik Unik - Cerpen - Malam itu, angin terasa tajam menusuk tulang saat ibunda Ara tiba di halaman rumah. Bulan ini adalah puncak musim penghujan di negara tropis di salah satu distrik Asia Tenggara. Seluruh sudut distrik negara kepulaan ini tak luput dari gelontoran hujan lebat yang sesekali disertai amukan sang bayu.

Pusat pemerintahan distrik negara kepulauan itu, pun tak luput dari bencana akibat puncak musim penghujan awal tahun. Kondisi yang hampir sama juga dirasakan oleh sebagian besar manusia yang tinggal di pusat kota yang lekat dengan ikon jajanan krispi isi bambu muda.

"Sebenarnya, aku enggan masuk rumah. Aku takut kabar buruk itu benar-benar terwujud," gumam Ibunda Ara di dalam hati, sambil menggendong putrinya.

Tapi, apa lagi yang bisa ia buat? Masanya menginap di rumah mertua harus berakhir. Hubungannya dengan sang mertua selalu lekang bila terlalu lama berkumpul. Mau tidak mau ia harus masuk rumah. Ditambah lagi, angin di luaran semakin kencang, di susul gelegar geluduk  dari atas kepala disertai halilintar yang sesekali membelah langit petang.

"Ayo bunda, lekas masuk," ucap lirih suaminya.

Bunyi berisik langsung menyeruak tatkala pegangan pintu ia dorong masuk rumah. Matanya jeli melihat tiap sudut rumah yang terjangkau oleh pandangannya. Degup jantungnya turun naik semakin cepat begitu sampai di ruang tengah, usai meletakkan si buah hati di atas karpet merah di alas bed cover tipis di depan televisi.

Tapaknya seketika terhenti, kakinya perlahan mulai lemas, tubuhnya lunglai. Dus... Benar saja kabar buruk yang ia terima dari kakak iparnya.

Dapur berantakan, penuh debu, pasir, dan dedaunan yang kering belum lama. Rupanya, debu, pasir dan dedaunan itu terbawa lebatnya hujan disertai angin semalam yang merembes dari atap rumah dan terjun bebas, lantaran separuh plafon di bagian dapur ambrol.

Suaminya yang sudah cukup lama putus kerja bergegas membereskan ke-porak-poranda-an. Sesekali suaminya berusaha membuat tentram hati sang istri terkasih, meski hanya berbekal satu patah kata.

"Sabar ya Neng..." ucap lembut suaminya.
"Insya Allah ada rezeki buat perbaiki rumah ya Abah..." balas ibunda Ara.

Kalimat seperti itu, bukan yang pertama mereka pakai untuk saling membesarkan hati ketika segudang kesulitan mendera silih berganti. Terakhir, keluarga itu harus menahan lapar lantara uang di saku sang suami tak ada sama sekali. Tabungan yang dikumpulkan sebelum putus kerja pun baru saja terkuras habis.

Sementara penghasilan bulanan ibunda Ara yang bekerja sebagai karyawan rendahan di salah satu perusahaan keuangan di Kota Lumpia tersisa tak lebih dari Rp 10.000,-. Sementara hari mengambil upah bulanan, jauh dari jangkauan sang waktu. Sedang usaha suaminya yang telah dibangun berbulan-bulan lamanya, belum menghasilkan materi sama sekali. 

Ketika usaha, daya, upaya serta doa yang telah direnangi, kini hanya kepasrahan yang tersisa.

"Ya Robbana... Apa yang harus aku perbuat untuk menambal lapar istri dan putri kecilku? Beri aku petunjuk...," adu suami ibunda Ara kepada Yang Maha Mencukupi di dalam hati.

"Hanya kepada Engkau kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan," ucapnya berulang kali.

Layaknya membalik telapak tangan. Kondisi perekonomian keluarga ini luluh lantak dalam sekejap, di tandai dengan lahirnya sang buah hati yang pertama. Lantaran alasan prinsip yang tak mungkin dibendung, suami ibunda Ara memutuskan berhenti kerja. Kejayaan sang suami dalam berprofesi yang telah digeluti selama 4 tahun terakhir harus rela dipupus.

Di puncak kejayaan, semua bisa dibeli meski harus berkompromi. Secara materi, keluarga itu tak pernah merasa kekuarangan. Apa yang diingini, umumnya bisa didapatkan. Tapi, kejayaan itu tak mampu memberikan ketentraman hati. Sampai-sampai, mereka harus berkompromi ketika mendapati waktu sudah mendekati saat-saat akhir bersujud kepada Ilahi.

Krisis rohani ini kemudian menjelma menjadi penyakit kronis yang meminta segera diobati. Sudah tak ada waktu lagi untuk berdiam diri. Operasi besar-berasan harus dijalani. Meski, harus rela meninggalkan kejayaan diri yang menguras materi.

Sejak saat itu, keluarga ibunda Ara mulai mendekat kembali kepada Ilahi. Yang diyakini, hanya janji sang Ilahi yang akan selalu mencukupi. Kini, impian keluarga itu hanya satu: menggapai keridaan Sang Pencipta. Betapun sulitnya. Risiko terburuknya, pun sudah sejak lama mereka sadari, jauh sebelum penyakit kronis itu menghinggapi.

Berbagai kesulitan yang hadapi tak membuat larut dalam cairan iming-iming dunia materi. Meski diaduk-adung dalam cairan kesulitan dan iming-iming meteri, layaknya garam, mereka mencoba untuk mengkristal kembali. Berjalan lurus demi mendapatkan keridaan Ilahi.

ingin pesan artikel promosi produk, blog atau web Anda?
hubungi kami via emai: distrikunik@gmail.com
- terima kasih -

Comments

Leave a Reply

Perhatian: Jangan Pernah Menulis Pesan atau Komentar yang Bertentangan dengan Pancasila. - Terima Kasih -

Jadi Sabahat Distrik Unik

Kreated by Distrik Unik @Januari2013. Powered by Blogger.

Abstraksi Buku-buku Top!

Popular Posts

Mitra Distrik Unik

Buku The Millionaire Steps Software Website Toko Online Paid Review Indonesia

Followers

Blogger templates